Majelis Ta'lim Syamsidhdhuha
Syaikh Abdus Somad Al-Falembani
Syaikh
Abdus Somad Al-Falembani dilahirkan pada 1116 H/1704 M, di Palembang. Tentang
nama lengkap Syeikh Al-Falembani, Ada tiga versi. Yang pertama, seperti yang
diungkapkan dalam Ensiklopedia Islam, beliau bernama Abdus Somad Al-Jawi
Al-Falembani. Yang kedua, merujuk pada sumber-sumber Melayu, sebagaimana
ditulis oleh Azyumardi Azra dalam bukunya Jaringan Ulama Timur Tengah dan
Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII (Mizan: 1994), ulama besar ini memiliki
nama asli Abdul Samad bin Abdullah Al-Jawi Al-Falembani. Sementara versi
terakhir, menurut Azyumardi Azra bahwa apabila merujuk pada sumber-sumber Arab,
nama lengkap Syaikh Al-Falembani ialah Sayyid Abdus Al-Somad bin Abdurrahman
Al-Jawi.
Perbedaan pendapat mengenai nama ulama ini dapat dimaklumi karena sejarah
beliau sebagai pengembara, baik di dalam negeri maupun luar negeri, dalam
menuntut ilmu. Apabila dilihat latar belakangnya, ketokohan Al-Falembani
sebenarnya tidak jauh berbeda dari ulama-ulama Nusantara lainnya, seperti
Hamzah Fansuri, Nuruddin Al-Raniri, Abdul rauf Singkel, Yusuf Al-Maqassari.
Syaikh Al-Falembani adalah keturunan
Arab, yaitu dari sebelah ayahnya . Syaikh Abdul Jalil bin Syaikh Abdul Wahhab
bin Syaikh Ahmad Al-Mahdani, ayah Al-Falembani, adalah
Syech Nawawi al-Bantani
Syech Nawawi al Bantani |
Kelahiran dan Pendidikan
Kelahiran
1230-1314 H / 1815- 1897 M Lahir dengan nama
AbĂ» Abdul Mu’ti Muhammad Nawawi bin ‘Umar bin ‘Arabi. Ulama besar ini hidup
dalam tradisi keagamaan yang sangat kuat. Ulama yang lahir di Kampung Tanara,
sebuah desa kecil di kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, Propinsi Banten
(Sekarang di Kampung Pesisir, desa Pedaleman Kecamatan Tanara depan Mesjid
Jami’ Syaikh Nawawi Bantani) pada tahun 1230 H atau 1815 M ini bernasab kepada
keturunan Maulana Hasanuddin Putra Sunan Gunung Jati, Cirebon. Keturunan ke-12
dari Sultan Banten. Nasab beliau melalui jalur ini sampai kepada Baginda Nabi
Muhammad saw. Melalui keturunan Maulana Hasanuddin yakni Pangeran Suniararas,
yang makamnya hanya berjarak 500 meter dari bekas kediaman beliau di Tanara,
nasab Ahlul Bait sampai ke Syaikh Nawawi. Ayah beliau seorang Ulama Banten,
‘Umar bin ‘Arabi, ibunya bernama Zubaedah.
Pendidikan
Semenjak kecil beliau memang terkenal cerdas.
Otaknya dengan mudah menyerap pelajaran yang telah diberikan ayahnya sejak umur
5 tahun. Pertanyaanpertanyaan kritisnya sering membuat ayahnya bingung. Melihat
potensi yang begitu besar pada putranya, pada usia 8 tahun sang ayah mengirimkannya
keberbagai pesantren di Jawa. Beliau mula-mula
Manaqib Syaichona Kholil Bangkalan
Syaichona Kholil Bangkalan |
Kiai Asror memiliki putra dan putri. Diantara mereka adalah Kiai Khotim, ayah dari Kiai Nur Hasan pendiri Pesantren Sidogiri Pasuruan. Diantara mereka pula adalah dua orang putri yang sampai kini belum diketahui nama aslinya melalui riwayat yang shahih. Salah seorang dari mereka dinikahkan dengan Kiai Hamim bin Abdul Karim Azmatkhan yang bernasab pada Sunan Kudus (garis laki-laki) dan Sunan Cendana (garis perempuan).
Melalui Kiai Abbas, Kiai Asror memiliki cucu bernama Kiai Kaffal. Dan melalui Kiai Hamim, beliau memiliki cucu bernama Kiai Abdul Lathif. Kiai Abdul Lathif memiliki putri bernama Nyai Maryam dan Nyai Sa’diyah. Kemudian Nyai Maryam dinikahkan dengan
Tambang "Haram"
"Telah tampak kerusakan di darat dan dilaut disebabkan perbuatan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah : Adakanlah perjalanandimuka bumi dan perlihatkanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang dulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)." (QS Ar Rum : 41-42)
Langganan:
Postingan (Atom)